Sunday, September 2, 2007

Believe in God or Not?

Believe in God or Not?


Blaise Pascal put together his thoughts about life and religion while he was at Port Royal and published them under the title Pensèes. In the course of his work on that book, he filled two pieces of paper on both sides with what Ian Hacking describes as “handwriting going in all directions…….full of erasures, corrections and seeming afterthoughts”. This fragment has come to be known as Pascal’s Wager (le pari de Pascal), which asks, God is, or he is not. Which way should we incline? Reason can not answer”.


Here drawing on his work in analyzing the probable outcomes of the game of balla, Pascal frames the question in terms of a game of chance. He postulates a game that ends at an infinite distance in time. At that moment, a coin is tossed. Which way would you bet? Heads (God is) or tails (God is not)?


Hacking asserts that Pascal’s line of analysis to answer this question is the beginning of the theory of decision making. “Decision-Theory”, as Hacking describes it, “is the theory of deciding what to do when it is uncertain what will happen” Making that decision is the essential first step in any effort to manage risk.
Sometimes we make decisions on the basis of past experience, out of experiments we or others have conducted in the course of our lifetime. But we cannot conduct experiments that will prove either the existence or the absence of God. Our only alternative is to explore the future consequences of believing in God or rejecting God. Nor can we avert the issue, for by the mere act of living we are force to play this game.


Pascal explained that belief in God is not a decision. You cannot awaken one morning and declare “Today I think I will decide to believe in God. You believe or you do not believe. The decision, therefore, is whether to choose to act in a manner that will lead to believing in God, like living with pious people and following a life of “holy water and sacraments”. The person who follows these precepts is wagering that God is. The person who cannot be bothered with that kind of thing is wagering that God is not.


The only way to choose between a bet that God exists and a bet that there is no God down that infinite distance of Pascal’s coin-tossing game is to decide whether an outcome in which God exists is preferable more valuable in some sense – than an outcome in which God does not exist, even though the probability may be only 50 – 50. This insight is what conducts Pascal down the path to a decision – a choice in which the value of the outcome and the likelihood that it may occur will differ because the consequences of the two outcomes different.


If God is not, whether you lead your life piously or sinfully is immaterial. But suppose that God is. Then if you bet against the existence of God by refusing to live a life of piety and sacraments you run the risk of eternal damnation; the winner of the bet that God exists has the possibility of salvation. As salvation is clearly preferable to external damnation, the correct decision is to act on the basis that God is. “Which way should we incline?”


Against The Gods by Peter L Bernstein
The Remarkable Story of Risk



Footnotes:
1. Blaise Pascal was born in 1623 and known as one of the best mathematician especially as a Geomaster.


2. In his early teens, he invented and patented a calculating machine to ease the dreary task of adding up his father; M Pascal; daily account as a Tax Farmer. This contraption, with gears and wheels that went forward and backward to add and subtract, was similar to the mechanical calculating machines that served as precursors to today’s electronic calculators. The young Pascal managed to multiply and divide on his machine as well and even started work on a method to extract square roots. Unfortunately for the clerks and bookkeepers of the next 250 years.


3. Interestingly, Pascal asked about God is or not, he was not asked about religion. As we know in 16th century, mostly all Europe is powered by religion leader. The objectivity of his idea is very vivid, he ignored all assumptions about all religion in world, only asked the existence of God.

Renungan di Hari Ulang Tahunku in 2005

Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya.
Dalam keheningan malam, aku mengucapkan pujian syukur ku,
Telah diberi aku kesempatan menikmati hidup satu tahun yang berlalu
Kurenungkan perjalanan hidupku,
Kusadari berkat dan anugrah yang kuterima dari Penciptaku.

Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya.
Aku mengucap syukur karena aku diberikan orang tua
yang baik dalam hidupku.

Diberkatilah engkau Bapak ku
Diajari aku berpikir, bertindak dan berkata.
Diajari aku agar kuat hatiku dalam segala hal.
Diajari aku tentang harga diri
Diajari aku mengenal leluhur ku.

Diberkatilah engkau Ibu ku.
Dididik aku untuk mengenal perasaan ku
Dididik aku sehingga jiwaku tenang.
Dididiknya aku mengucap syukur atas segala sesuatu karena kebaikan Mu
Dibiarkan aku menangis di pangkuannya ketika jiwaku rapuh.
Dibuatnya aku tertawa ketika kesusahan hinggap di hatiku.

Diberkatilah engkau saudara-saudara ku..
Diberikan aku saudara yang tidak menjadi beban dalam hidup orang tua ku
Diberikan pada ku seluruh kepercayaan dalam diri mereka,
Sehingga aku bisa memimpin mereka dengan baik,
Diberikan aku saudara yang mau berjuang mendapatkan mimpi mereka.

Aku belajar dari kebaikan dan keburukan keluarga ku.
Aku belajar dari kebenaran dan kesalahan keluarga ku
Aku mengucap syukur karena diberi kesempatan untuk
belajar menjadi lebih baik

Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya.
Engkau mengijinkan aku meninggalkan rumah orang tua ku
disaat umur ku masih muda.
Engkau ajari aku untuk terbang tinggi bagai rajawali.
Engkau kumpulkan aku bersama jiwa-jiwa muda pilihan Mu

Engkau ajari aku menyimpan air mata ku ketika kesakitan menimpa aku.
Engkau ajari aku menahan semua keluh kesah ku,
Melatihku bersabar dalam penderitaan ku.
Melatih ku tertawa dan bergembira menghadapi segala sesuatu.


Terlebih dari itu,
Engkau membuat ku mempunyai banyak saudara
yang akan selalu bersama dalam susah dan senang.

Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya
Engkau ajari aku dalam pekerjaan ku.
Banyak pekerjaan yang telah ku lakukan,
Diajari aku dari semua kesalahan yang ku lakukan.
Diajari aku bekerja keras untuk mendapatkan apa yang ku inginkan.
Diajari aku mengucap syukur atas berkat yang telah diberi.

Diberi aku pengertian ketika aku mengambil keputusan.
Diberi aku kesejahteraan sesuai jalan yang benar.
Diberi aku teman-teman yang membuka wawasan dalam pekerjaan dan pergaulan.

Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya
Dalam perjalanan hidup ku, di pegang tangan ku.
Banyak kesalahan yang telah ku buat.
Kesalahan-kesalahan yang membuat ku terkadang
menyesali kebodohan ku.
Kesalahan-kesalahan yang membuat ku sedih ketika aku ber andai.
Kesalahan-kesalahan yang membuat ku ingin memutar
kembali waktu yang berlalu,
Dalam pergaulan ku, dalam pendidikan ku dalam pekerjaan ku.

Terlebih dari itu,
Diajari aku mengurangi ke aku an ku, ego ku, sombong ku dan munafik ku
Diajari aku sehingga hati ku semakin mengenal Pencipta ku
Diberi aku hati yang mau belajar untuk mengerti
kebaikanNya dalam hidup ku
Biarlah aku dalam ke aku an ku semakin lemah agar
tampaklah kekuatan Mu

Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya
Dikabulkan permintaan ku ketika aku meminta
Ketika aku minta agar dibeban kan padaku semua
kesalahan keluargaku disaat muda ku
Karena tidak ingin ku lihat duka dan air mata
saudara-saudara ku
Karena tidak ingin ku lihat duka dan air mata
keturunan ku nantinya.

Ketika orang-orang mencibir dan merendahkan ku
sehingga hilang asa ku.
Ketika aku berkeluh kesah berjuang untuk membuktikan
apa yang ku percaya
Ketika ditinggalkan aku oleh orang-orang yang kucintai
karena aib yang melekat pada ku
Diberi aku penghiburan, di kuatkan jiwa ku
Diberi padaku sesuai apa yang kubutuhkan tidak apa
yang ku inginkan
Hanya pada Mu mata ku menatap
Hanya pada Mu kusandarkan hidup

Tidak ditimpakan murka Nya pada ku setimpal dengan dosa-dosa ku.
Karena Dia baik, amat baik dan sangat teramat baik buat jiwa ku
Dia lah benteng keselamatan ku, kubuh pertahan ku perisai yang menahan ku

Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya
Tidak ku inginkan kekayaan jika aku harus berlaku tidak adil
Tidak ku inginkan harta benda jika banyak sumpah
serapah menimpaku dan keturunanku
Tidak ku inginkan melihat dan memiliki isi dunia jika
aku harus kehilangan jiwa ku.
Apalah artinya aku miliki yang ku inginkan jika jiwa
ku hilang dalam kesombongan, keangkuhan, menjadi
munafik dan melupakan Mu sebagai sumber berkat dalam hidup ku

Tidak ku inginkan kehancuran musuh-musuh ku suatu hari
nanti, karena pembalasan adalah hak Mu, karena
yang ku inginkan hanya yang baik buat dalam hidup ku
untuk jiwaku sesuai kehendak Mu.

Biarlah hidup ku berkecukupan seperti yang Engkau inginkan.
Karena aku percaya, tidak pernah anak cucu orang benar mengemis.
Karena aku percaya, ketika Engkau membuka pintu, tidak
ada seorang pun yang dapat menutupnya dan ketika
Engkau menutup pintu, tidak ada seorang pun yang dapat membukanya.

Biarlah aku hidup sesuai dengan rencana Mu.
Karena aku percaya, Engkau akan memberikan satu per satu
ketika Engkau tahu bahwa aku telah siap untuk diberi tanggung jawab lebih.
Karena aku percaya, hari – hari yang ku lalui dalam
penderitaan saat ini tidak dapat ku banding kan dengan
tahun-tahun yang kebahagian dalam hidup ku yang telah
Engkau berikan, terlebih dalam masa mendatang.

Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya

Jika Engkau berkenan pada pinta ku,
Ijinkan aku menjadi sumber berkat bagi sesama ku,
Ijinkan aku untuk selalu dalam bimbingan Mu,

Karena ku tahu, ketika Engkau menghukum itu karena kesalahan ku.
Karena ku tahu, ketika Engkau mengijinkan pencobaan itu untuk kebaikan ku
Kerena ku tahu, Engkau yang akan memberi kekuatan padaku

Ijinkan aku menceritakan kebaikan Mu dalam hidup ku
kepada anak cucu ku.

Ijinkan aku mengetahui ketika senja ku tiba, ketika
aku mendekati garis akhir pertandingan dalam hidup ku.

Ijinkan aku mengigat sekali lagi perjalan hidup ku
sehingga aku dapat tersenyum dan berkata :
“ Telah ku lalui semua bersama Mu, tidak ada lagi yang
akan ku sesali dan telah di genapi semua yang telah
tertulis dalam hidup ku.”

Ijinkan aku untuk merasa siap dan berkata “Panggil lah
jiwaku kembali ya Tuhan ku, panggil lah jiwaku pulang
ke rumah Bapa ku”

Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya


gtp

Saepe Expertus, Semper Fidelis, Fratres Aeterni

Thanks for being my friends...