Monday, May 23, 2016

Mundurnya Dirjen Pajak 2 Desember 2015

Mundurnya Dirjen Pajak karena tidak berhasil mencapai target adalah sesuatu yg positif dalam mendidik karakter kepemimpinan disaat banyak contoh pemimpin tdk bsedia menerima konsekuensi dari janji. Beliau mengambilalih tanggung jawab tanpa alasan atau pun menyalahkan organisasi serta SDM DJP. Banyak yg memuji beliau saat ini.. apakah cukup sampai batas memuji? spertinya kebanyakan hanya sebatas memuji beliau..padahal harus dianalisa lebih mendalam. Saat ini Ditjen Pajak diberikan tanggung jawab yg besar tuk penerimaan pendapatan negara. Hal ini sangat gampang..tinggal itung akumulasi rencana belanja dari masing2 Kementerian dan Lembaga serta Daerah.. Pertanyaannya apakah pernah ada yg mhitung real actual cost yg harus dikeluarkan oleh negara? saya rasa belum ada..kecuali based on quantitative data yang sesuai administrasi legal.. Dengan quantitative data sbenarnya bisa diperoleh prediksi yg lebih akurat tuk qualitative data atas hasil pekerjaan.. Anggaran negara paling dipake tuk 2 hal.. jadi barang atau aset sebut aja Capex.. lalu biaya orang2nya sebut aja Non Capex sperti Honor dan SPPD. Cek aja Non Capex rata2 sudah mendekati 90% dari anggaran.. sdangkan Capex..saya kira skitaran 75%.. ini pun sdh tlalu tinggi. Di provinsi tempat saya dinas, kebetulan baru rapat dg gubernur yg stafnya bingung btahun2, anggaran dari pemerintah pusat tuk daerah kelola sendiri yaitu capex skitar 250M baru terpakai 41% dan tuk Non Capex skitar 150M sdh mencapai 98%.. ini baru dari 2 sumber dana..artinya sederhana..untuk suatu obyek aset negara, terlalu banyak prosedur dan filter yg dilakukan oleh SDM nya.. apakah efektif? Keknya tidak..krn itu artinya tidak ada rasa saling percaya dalam organisasi. dan mana ada Biaya Non Capex mendekati biaya Capex..Capex yg belum tpakai ini disebut dana mengendap di provinsi yang dibungakan lalu hasil bunga tsb dianggap sbg prestasi pimpinan daerah, dan pimpinan daerah based on rule, bisa mendapat imbalan prestasi..aneh bukan.. Ini baru di satu provinsi, gmn provinsi lain lalu gimana dg kementerian dan lembaga lainnya.. Ini baru dari 1 variabel.. variabel lain misalnya..pembelian aset2 yg kbanyakan tjadi sentralisasi di kementerian dan lembaga tuk kemudian ditransfer ke daerah.. secara perekonomian, hal ini mhambat ptumbuhan ekonomi krn barang2 tsb di tender di pusat, pemainnya itu2 aja dan menerima untung tuk diri sendiri.. bila tender disebar ke daerah, peserta tender akan sangat banyak dan scara perekonomian, akan tjadi distribusi yg lebih baik bagi ptumbuhan ekonomi daerah. Belum lagi ktika mau dipindahkan dari pusat k daerah, data ga dikasih krn takut ktauan mark upnya.. Variabel lain.. PAD th 2012 based on data, tempat saya dinas skitar 600M..dari pusat tambahan dana skitar 4T.. untuk gaji SDM aja udah 2T untuk honor tim sppd beli mobil atk dll skitar 1T sdangkan belanja modal tuk pgerakan ekonomi hny 1 T..hanya 1T.. Seharusnya bisa lebih efektif dalam pengelolaan organisasi.. Out of the Box yg menarik justru dari Gub DKI Jakarta yg pnyerapan anggaran rendah..ini menarik krn beliau mencoba jadi anti mainstream penyerapan anggaran sbanyak2nya..cara tsb langkah awal mngetahui real cost daerah Jkt.. apakah pertumbuhan ekonomi Jkt akan menurun apabila pnyerapan anggaran dibawah 50%? Bila ptumbuhan ekonomi tjadi di Jkt tahun 2015 dg pnyerapan anggaran dibawah 50% artinya slama ini 50% anggaran yg dipakai cenderung tbuang sia2.. Pertanyaannya.. apakah pantas hanya dari sisi pencari uang negara yg disalahkan dan merasa bersalah sehingga bsedia menerima konsekuensinya? Seharusnya tidak sperti itu.. Seharusnya melihat permasalahan dari berbagai sisi dg cara yg lebih obyektif sesuai kaidah akademik baik quantitative maupun qualitative.. Yg pasti saat ini negara sudah kehilangan 1 anak bangsa yg mempunyai karakter kepemimpinan.. ‪#‎jarang2‬ nie gw bikin status panjang n serius..kebetulan lagi emosi juga instansi induk gw dikritik daerah saat rapat dg gubernur..wekekekek..

No comments: